Sahabat Baruku
Assalamu'alaikum... Syukur Alhamdulillah atas segala kelimpahan rahmat Allah SWT kita dapat bertemu kembali dengan keadaan sehat wal'afiat, sehingga dalam keadaan sehat wal'afiat sehingga bisa melakukan suatu hal bermanfaat dalam kebaikan. Shalawat serta salam tidak lupa kita curahkan kepada junjungan nabi besar kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan umatnya hingga akhir zaman. Aaamiin... Kali ini, ijinkan saya un tuk memposting "Hasil Karya Tulis" murid SDN Bulak Banteng I/263 Surabaya. monggo kita simak dan bila perlu, monggo di LIKE ^_^
Namaku Achmad Syar’i Bagas, terlalu panjang ya? Hhehehe..., panggil saja aku Bagas. Aku kelas 6 SDN Bulak Banteng 1/263 Surabaya. Aku anak terakhir dari 7
bersaudara, ayahku
seorang karyawan swasta ibu saya seorang ibu rumah tangga yang pandai memasak, kakak saya bernama Samira Said. Ia sangat usil umurnya baru menginjak
15 tahun.
Hari senin aku pertama
masuk sekolah di SDN Bulak Banteng 1/263 Surabaya
selalu
berangkat di antar oleh ayahku. sekolahku
tidak sebegitu besar tetapi suasana nya
begitu asri , kelasku terletak di lantai atas paling ujung.
“teet!! teet!! teet!!” bel berbunyi aku segera ikut baris.
Semua murid segera masuk kelas dan berdo’a ,dan
menyanyikan lagu Indonesia Raya. Untung aku sudah pernah belajar lagu Wajib Indonesia,
jadi saya
terbiasa sama persis dengan apa yang diajarkan guru kami. Guru kelasku bernama bu Dewi, orangnya cantik dan ramah, sabar dalam
mendidik murid-muridnya.
“Anak – anak kita mendapat teman baru” kata bu Dewi, sahut smua semua anak bertepuk tangan.
Kemudian bu Dewi memanggilku bersama seorang anak laki – laki
berkaca mata. Ternyata
bukan aku saja murid baru di sini ternyata dia bernama Vanka.
Hari pertama berjalan
dengan baik , ayah dan ibu senang karena
aku bisa menyesuaikan diri dengan cepat aku juga menceritakan ada murid baru
bernama Vanka. Tak terasa sudah sebulan saya sekolah, saya mendapatkan banyakteman, ada Dani, Adit dan Dewa mereka baik dan lucu Dani suka usil sama
anak- anak lain. rambut Adit berbentuk keribo ,tetapi ia sedikit pandai kami pulang naik sepeda bersama rumah mereka
tidak jauh dari rumahku, tetapi beda gang saja
Hari itu kami pulang
bersama seperti biasa kami naik sepeda siang itu panas sekali. Saat dalam perjalanan, Dani berhenti mendadak..
“Ada apa Dani?” tanya Dewa
"Lihat itu bukannya itu Vanka" jawab Dani, serentak kami menoleh ke
arah yang di
tunjuk Dani.
“iya benar, sedang apa dia?” sahut
teman-teman dengan kompak.
Vanka duduk di piggir jalan dan menunduk, kami segera menghampiri. Dani turun dari sepeda
“Vanka sedang apa kamu” tanya kami.
Kami terkejut ternyata dia sedang
menangis, dengan
lembut kami pun
menanyakan alamat rumahnya, rumahnya tidak jauh dari runmahku hanya beda 4 rumah.
“Dani kenapa kamu tidak tau kalau Vanka itu tetanggamu?” tanya teman
lainnya yang bernama Adit kepada Dani
“Aku sungguh tidak tau, padahal aku sudah
mengenal semua tetanggaku”
“Sudah-sudah jangan bertengkar, ayo sekarang kita pulang bersama“ kata Adit,
“biar aku gonceng” sahut Adit kepada
Vanka
Sepanjang jalan kami tidak banyak
bicara selain panas Vanka masih menangis
kami tidak tega mennanyai dia terus. Dani berusaha mengibur sambil
bernyanyi selama berjalan. Lima belas menit kami sudah sampai di rumah Vanka, ibunya kaget meliat Vanka pulang
dengan menangis. apa lagi kami yang mengantar. Segera saja kami kami disuruh masuk dan kami singgah di ruang tamu Vanka dan
ibunya masuk ke kamar.
Tak lama kami mengobrol
bersama teman-teman sambil melepas baju olahraga kami dan tidak menangis lagi, terima kasih teman teman. lalu
Dewa bertanya mengapa dia menangis. Vanka bercerita bahwa ia baru pindah
dari rumahnya, sebelum ia pindah dirumahnya
yang sekarang,
ia masih tinggal di hotel, karena ayahnya belum sempat mencari rumah. Biasanya dia diantar jemput oleh supir pribadinya tetapi
sudah menunggu lama supirnya tak kunjung dating, Vanka memutuskan pulang sendiri dengan
jalan kaki karena ia baruh pindah ia masih belum hafal jalan pulang menuju
rumahnya, ia
takut dan kehausan lalu dia berhenti di pinggir jalan dan menangis.
“Kenapa kamu tidak menelpon
supir atau ayahmu?” tanya Bara.
“Aku lupa membawa hp, oh iya bagaimana? Orang tua kamu sudah diberitahu kalau kamu sudah
pulang” sahut Vanka kepada teman-teman
“Kalau aku sudah BBM tadi ibuku tadi, tidak
tau kalau teman-teman yang lainnya ini gimana? Hhehehe” jawabku kepada Vanka
Tak lama kemudian ibu Vanka datang dengan menyuguhkan air minum dan puding
“Silahkan di nikmati adik-adik jangan sungkan, temani Vanka ya? yang akur dan
kompak selalu“ ucap ibunya
kepada kami.
“beres tante“ sahut teman-teman dengan semangat dan kompak
juga langsung menyanap air minum dan puding yang telah disuguhkan oleh ibu
Vanka. Saat akan dan tertawa bercanda bersama teman-teman, Vanka pun ikuit
tertawa, wajahnya
kembali
ceria seperti biasanya.
Semoga persahatan kita seperti air,
abadi ^_^
Pengarang: Achmad Syar'i Bagas kelas 6A



0 komentar:
Posting Komentar