Piala Pertamaku
(27 Juni 2016)

Assalamu'alaikum Wr.Wb..
Alhamdulillah, kali ini saya ingin sekali memposting Cerpen atau bisa dikatakan Novel yang dikarenakan lumayan panjang sih cerita karangannya :-D Hhehehehe...
Cerita ini bisa disebut hanya fiktif belaka. Sebab, bukan nama penulis yang dicantumkan di dalam cerita tersebut :-D , akan tetapi dalam alur cerita nya, bisa dikatakan ada banyak yang sama persis dengan cerita semasa hidup yang dulu ia jalani yang penuh hikmah tentang arti kegigihan, kehidupan, dsb. Dari pengalaman itulah teman saya bisa mengarang cerita Fiksi dibawah ini. ini hasil karya temen saya ASLI bukan Copas dari blog / website lainnya :-) selamat membaca :-)
Nama : Rhyfke Karno Putri Pradana
Alumni : SMK Wachid Hasym 1 Pusat Surabaya.
Piala Pertamaku
Cindy Aulia Putri itu lah namaku, nama yang panjang dan nama yang paling aku sukai dari sekian banyak nama di Indonesia bahkan di dunia. Yah, tentu saja itu di karenakan nama itu merupakan nama yang diberiakan oleh kedua orang tuaku, bagaimanapun namanya sudah pasti aku sangat menyukainya, namun biasanya aku hanya cukup dipanggil Putri oleh kedua orang tuaku maupun saudara dan teman-temanku. Yah, memang itu nama panggilan yang juga familiar, singkat, padat , jelas namun nan indah dan tentunya nama yang mudah untuk slalu di ingat. Aku bersekolah di SMA Negeri 1 dan aku pun masih duduk di bangku kelas XI atau kelas 2 yang mana aku murid SMA dengan jurusan IPA. Sebenarnya aku tidak tahu kenapa aku memilih jurusan IPA, lagian aku juga tidak terlalu suka menghitung. Yah, mungkin aku hanya mengikuti teman-temanku dan ditambah hasil tes IQ ku lah yang juga membuatku semakin berpeluang memilih IPA sebagai jurusanku. Tetapi ya sudahlah apapun yang ku pilih itu sudah keputusanku dan yang terpenting bagaimana aku menyikapi keputusanku dengan sebaik mungkin.
Aku adalah seorang pelajar pindahan dari kota bogor, kota dimana aku dilahirkan dan dibesarkan sampai sebesar ini. Pekerjaan orang tuaku lah yang menuntutku dan membuatku tinggal di kota Surabaya, sehingga membuatku harus berpisah jauh dengan teman-temanku yang ada di Bogor. Namun aku tidak akan pernah melupakan mereka dan tentunya jika suatu saat ada waktu luang aku akan berkunjung ke Bogor untuk menemui mereka lagi. Yah, seperti apa yang dikatakan oleh pepatah “ jika ada umur yang panjang, boleh lah kita bertemu lagi “. Aku dan keluargaku tinggal di daerah perumahan elite yang ada di Surabaya dan juga bisa dikatakan perumahan dengan sederet rumah mewah dan megah yang hanya ditinggali oleh orang-orang yang kaya. Hm, Tapi aku tidak pernah menyombongkan semua itu bahkan terkadang aku malu, ya atau mungkin karena sifatku pemalu sehingga itu yang membuatku menjadi malu-malu.
Pagi pun datang dengan terik matahari yang menerobos celah-celah ventilasi jendela kamarku. Sehingga membuatku terbangun dan Oopsss, ternyata hari ini adalah hari pertamaku untuk masuk sekolah di sekolah baruku. Tentunya seperti biasa sama saja saat-saat seperti hari pertama kali aku masuk sekolah di bogor, sedikit ada rasa canggung dan malu pada diriku, tapi itu sudah biasa dikarenakan aku masih anak baru disekolah ini dan aku pun juga belum mengenal siapa-siapa di sekolah ini dan juga di kota ini. Namun itu semua tidak berlangsung lama, setelah tiba-tiba ada seorang anak mengajak aku berkenalan dan mejadi teman baru ku, yang mana juga teman pertamaku disekolah dan juga teman pertamaku di kota ini, Sebut saja namanya Ayu. Dia adalah seorang murid yang punya keberuntungan dengan kepintaran yang dia miliki sehingga dia bisa mendapatkan beasiswa untuk bersekolah di sekolah ini. Yah, memang dia berasal dari keluarga yang kurang mampu dan orang tuanya pun hanyalah seorang penjual nasi goreng, namun saya merasa dia anak yang baik, sopan, suka beribadah, rajin, dan juga pandai. Dan dia bukan tipe anak yang suka ngomong dan juga bisa di bilang anak yang suka diam alias pendiam, namun meskipun begitu dia anak yang asshik, seru dan juga lumayan gokil untuk di ajak bercanda, meskipun saya merasa aku lah yang lebih gokil dari dia. Hm, dia juga tipe anak yang enak dan nyaman untuk di ajak curhat entah saat senang maupun saat susah, karena dia bisa memberikanku nasehat.

Hari telah berganti hari, minggu pun sudah berganti minggu, dan begitu pun juga dengan bulan yang sudah berganti bulan. Hm, tak terasa sudah lama aku menuntut ilmu disini. Yah, meskipun sebenarnya aku masih 1\4 tahun bersekolah disini, alias masih 3 bulan disini. Tapi itu semua terasa cepat dan menyenangkan, apalagi sekarang aku sudah mempunyai banyak teman bahkan ada juga yang teman yang di luar kelas maupun di luar sekolah. Semua teman-teman yang ada di sini baik-baik dan mudah bergaul dengan anak baru, padahal ketika waktu pertama kali aku masuk kelas, aku melihat mereka seperti cuek, sombong, dan masih banyak lagi. Namun itu semua hanya perasaanku saja di karenakan aku belum sempat mengenal mereka lebih jauh, dan bahkan sekarang aku dan teman-teman makin hari makin tambah akrab, apalagi dengan teman pertamaku yang bernama Ayu, kita sering curhat bersama atau sharing, saling membantu, seperti saat dia mengajari aku ketika aku tidak bisa mengerjakan PR pelajaran matematika maupun terkadang ada yang kurang aku mengerti tentang matematika, sehingga aku bisa mengerjakan matematika sehingga terasa ringan jika sesuatu yang berat di pikul bersama. Begitu juga ketika dia memerlukan bantuanku saat ada sesuatu yang dia tidak bisa tentang pelajaran bahasa inggris, dan semasih aku bisa membantunya aku pun akan siap membantunya jika dia memerlukan bantuanku. Yah, bisa di bilang klo soal bahasa inggris aku paling bisa dan itu adalah salah satu pelajaran yang paling aku sukai diantara sekian banyak pelajaran yang aku pelajari. Bagiku bahasa inggris tidak sulit, karena menurutku “jika kita sudah mencintai sesuatu, maka sesuatu yang sulit pun akan terasa lebih mudah dari yang kita bayangkan”.
Kebersamaan dari awal aku masuk sekolah hingga sampai saat ini yang telah aku dan temanku lalui membuat aku dan teman-teman ku menjadi semakin akrab, apalagi pertemananku dan ayu sudah sangat akrab sekali bahkan kita sudah menjadi sahabat karib. Yah, bisa dibilang aku dan ayu sudah sehati bahkan mungkin bisa sejantung, seginjal, separu-paru, seusus dan pokoknya masih banyak lagi. Dia mempunyai kepribadian yang sangat menarik, setiap hari dia membantu ibunya di rumah untuk menyiapkan dagangan, setiap hari memasak, nagepel dan bersih rumah bahkan dia slalu menjaga adik-adiknya ketika ibunya pergi bekerja. Dia tak kenal lelah bahkan dia bisa mendapatkan ranking pertama dikelas ku. Yah, aku tidak heran karena semangatnya yang tinggi untuk bersekolah dan dia pun rela mengggayuh sepeda ontel meski rumahnya jauh, itu semua dia lakukan hanya untuk berangkat ke sekolah. Hm, bagiku itu sungguh hal yang menakjubkan karena di sekolah ini bahkan dijaman ini kebanyakan 97% siswa siswi SMA berangkat menggunakan sepeda motor, namun dia tidak pernah malu membawa sepeda ontelnya dan bahkan dia tetap berangkat ke sekolah untuk menggapai cita-citanya. Aku yakin kedua orang tuanya pasti bangga mempunyai anak seperti dia, meskipun dia anak orang kurang mampu namun dia bisa membuktikan dengan kepandaiannya dan prestasi prestasi yang telah dia miliki, bahwa dia pantas berada dikalangan orang atas. Bahkan dia adalah seorang anak yang selalu berprestasi di sekolahku bahkan sering memenangkan beberapa lomba dan mempunyai banyak simpanan piala di rumahnya.

`
Kuatnya kegigihan dan semangat yang dia miliki sudah berhasil membuat hatiku menjadi tersentuh dan bahkan membuatku salut, sehingga terkadang aku berfikir ingin sekali rasanya aku membahagian kedua orang tuaku dan membuat mereka bangga kepadaku dengan apa yang aku lakukan. Mungkin juga aku bisa membahagiakan kedua orang tuaku dengan cara berprestasi di sekolah, seperti apa yang dilakukan oleh temanku ayu. Namun aku merasa itu tidak mungkin. Yah, memang “tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini jika kita terus berusaha dan berdoa”. Toh, aku dan ayu pun juga sama-sama makan nasi jadi tak ada bedanya. Namun jangankan berprestasi di sekolah, di kelas pun aku tidak terlalu mencondongkan prestasi. Yah, memang bisa di bilang nilaiku bagus-bagus namun prestasiku dan nilaiku tidak sebagus prestasi dan nilai yang ayu dapatkan selama di kelas. Hm, tapi aku juga tahu dan sadar kalau aku memang tak sepandai dia, namun itu juga yang mendorongku dan menjadikan kehidupan ayu serta semangatnya dalam menggapai cita-cita, sebagai motivasiku untuk maju dan belajar lebih giat lagi dalam menggapai cita-citaku agar bisa membuat kedua orang tuaku bangga dengan apa yang aku lakukan.
Bertahun-tahun aku di besarkan kedua orang tuaku dan semua yang aku butuhkan pun mereka selalu menurutinya, jujur selama ini aku pun merasa bahwa aku belum pernah bisa membahagiakan kedua orang tuaku. Yah, memang aku belum bekerja sehingga aku pun belum bisa membahagiakan mereka secara material, bahkan yang ada mereka yang selalu memenuhi kebutuhanku dan aku lah yang selalu meminta uang kepada mereka, tapi itu wajar karena aku masih bersekolah dan itu semua pun juga sudah menjadi kewajiban kedua orang tuaku untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun aku baru menyadari bahwa aku pun juga mempunyai kewajiban, yang mana kewajibanku sebagai seorang anak untuk berbakti dan membahagiakan kedua orang tuaku. Hm, mungkin aku sudah berbakti tapi belum membahagiakan kedua orang tuaku dengan membuat mereka bangga pada prestasiku. Yah, memang aku punya mimpi dan aku pun juga berharap mimpiku tidak hanya sekedar jadi mimpi namun suatu saat aku bisa menggapai mimpiku itu.
Mimpi iya mimpi dan hanya sebatas mimpi namun “mimpi pun juga bisa menjadi kenyataan jika kita selalu berusaha dan berdoa untuk mewujudkannya”. Seperti yang aku rasakan ini ingin rasanya aku mengubah mimpiku menjadi nyata. Mungkin sebenarnya mimpiku ini terlalu rumit, terkadang aku merasa bahwa aku bisa menggapai mimpiku itu, namun terkadang juga aku merasa bahwa mimpiku terlalu jauh dan sulit untuk aku menggapainya. Yah, karena mimpiku ingin sekali aku bisa bersekolah di Amerika dan itu semua akan terasanya lebih special lagi jika aku mendapat beasiswa disana yang mana aku peroleh dari usaha dan kerja keras diriku sendiri. Hm, mungkin hanya orang-orang yang mempunyai keberuntungan serta dengan kepandaian lebih sehingga mereka bisa mendapat beasiswa di Amerika. Yah, itu semua berawal dari kecintaanku kepada penyanyi papan atas di amerika bahkan di dunia. Aku yakin kalian semua sudah tahu meskipun tanpa aku sebutkan namanya, tapi aku ingin menyebutkan namanya dan dia adalah Justin Bieber. Apa salahnya mengidolakan artis luar negeri dan yang terpenting ambil sisi positive. toh, buktinya gara-gara dia aku menjadi termotivasi untuk belajar dan menguasai bahasa inggris.
Burung saling berkicau ria embun pagi pun sangat menyentuh kulitku. Yah, mungkin dikarenakan hujan semalam sehingga membuat udara mejadi dingin dan sejuk. sehingga ingin rasanya aku melanjutkan tidurku, tapi entah mengapa seperti ada sesuatu yang membuatku semangat untuk masuk ke sekolah. Jarum jam tanganku pun sudah menunjukan pukul 06.20, dan aku pun juga baru sampai disekolah. Seperti biasa aku langsung bergegas masuk kelas dan duduk di sebelah ayu sambil bercerita tentang PR maupun sesuatu yang lain. Namun ada yang berbeda, tak ada hujan tak ada angin kenapa ayu tidak ada dibangku. Kalo tidak masuk sih itu tidak mungkin karena dia anak yang rajin gak pernah absen disekolah, tapi jika terlambat itu malah tidak mungkin karena tiap hari dia selalu berangkat pagi, bahkan mungkin dia murid yang selalu datang pertama kali di sekolah. Namun semua kegundaanku tidak berlangsung lama dan hilang begitu saja setelah aku mendengar langkah kaki dan setelah itu munculah ayu dari balik pintu, dia datang dengan wajah kecapek’an namun ada tersiat rasa bahagia di wajahnya. Dan ternyata dia membawa kabar gembira kepadaku bahwa di sekolah ini akan menadakan test bahasa inggris dan bagi siswa yang terpilih nantinya akan dikirim oleh sekolah untuk mengikuti sebuah perlombaan “English Language Competition” di Jakarta Pusat.

Jarum jam terus dan terus berdetak hingga menunjukan pukul 09.00 dan akhirnya bel sekolahku pun berbunyi yang menandakan bahwa sekarang sudah memasuki waktu istirahat, lorong demi lorong sekolah pun aku lalui dengan kakiku hanya untuk satu tujuanku yaitu melihat mading sekolahku yang mana tedapat pengumuman English Language Competition. Yah, berita terbaru di pagi hari ini lah yang telah menghipnotis diriku sehingga aku berada didepan mading sekarang dan setelah aku membaca berita di madding, rasanya ingin sekali aku berkata WOW, WOW and WOW. Aku tahu mungkin aku terlihat seperti alay, tapi aku senang karena mungkin ini adalah surat dari tuhan yang disampaikan oleh malaikat yang ditujukan kepadaku, atas keinginanku untuk membuat kedua orang tuaku menjadi bangga kepadaku dengan cara adanya kompetisi ini. Yah, aku rasa tidak terlalu menyebalkan juga jika aku tadi harus melawan rasa ngantuk ku untuk datang ke sekolah, jika rasa ngantuk itu digantikan dengan berita bahagia. Yah, tentunya aku tidak mau melewatkan kesempatan ini, kesempatan yang mana jika aku bisa sukses dan berhasil menjadi juara, tentunya kedua orang tuaku pasti senang dan bangga kepadaku. Tapi kenapa acara testnya pakek dilaksanakan hari ini, dan bagaimana aku bisa menyiapkan diri jika testnya dilakukan langsung setelah pulang sekolah. Hoam, sungguh semua ini membuat kepalaku terasa akan pecah, setelah pulang sekolah dan mendapatkan pelajaran serta tugas yang banyak, sekarang aku harus langsung mempersiapkan diri dengan waktu yang sedikit ini. OMG, tapi tidak apa itu semua akan aku lakukan demi menjadi juara dan mendapatkan piala yang mana akan menjadi piala pertamaku dan juga bisa membuat kedua orang tuaku menjadi bangga. Hm, kapan lagi coba aku bisa mendapatkan lomba seperti ini, lomba yang mana sesuai dengan bidang keahlian diriku ini.
Dug dag dig dug duaarrr seperti itulah suara hati dan jantungku ini yang terasa seperti sedang beradu di dalam tubuh ini. Yah, memang setelah melakukan test tadi dan tinggal menunggu hasilnya saja sudah membuat jantungku mau copot, karena jauh dari lubuk hati ini ingin sekali aku untuk memenangkan test ini dan melanjutkan perjuanganku di Jakarta dalam menggapai piala pertamaku dan juga sebagai bukti serta saksi bahwa aku juga bisa berprestasi dan membahagiakan kedua orang tuaku. Sangking bingungnya diriku sampai-sampai aku tak ingat bahwa ayu juga mengikuti test ini juga, memang dia sahabatku tapi dalam kompetisi ini dia juga berperan lawanku yang berat. Hm, meskipun aku merasa mungkin bahasa inggrisku lebih baik dari dia, tapi aku tidak mau menganggap remeh semua itu dan tetap otimis serta selalu berfikir positive, Meskipun jika ternyata nanti aku gagal. Yah, mungkin saja aku belum berhak untuk menjadi pemenang dan pergi ke Jakarta. Mungkin juga aku perlu belajar untuk menjadi lebih baik lagi. Lagi pula aku juga tahu bahwa “dalam suatu pertandingan sudah pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah”.
Tak terasa sudah lama sekali aku menanti hasil test seleksi ini, namun tiba-tiba saja lamunanku buyar sudah ketika pak kepsek keluar dari ruangan rapat dan akan mengumumkan nama murid yang akan pegi ke Jakarta. Jantungku semakin keras berdetak-detak malah semakin lama semakin menjadi-jadi dan ketika pak kepsek menyebut nama murid itu, hatiku langsung seakan-akan meledak sangat dahsyat serasa mengalahkan dahsyatnya letusan gunung berapi. Tak bisa ku pungkiri dan aku pun merasa ini semua seakan-akan seperti mimpi, aku mencoba untuk bangun namun ternyata itu semua hanya sia-sia karena aku bukan sedang di alam mimpi tapi alam nyata. Ooh Tuhan, aku sudah tidak punya kata-kata lagi untuk mengungkapkan bagaimana perasaanku saat ini, sungguh aku sangat-sangat bersyukur kepadamu karena aku adalah murid yang terpilih untuk ke Jakarta. Semua teman-temanku pun bersorak atas terpilihnya aku begitu pun juga dengan sahabatku ayu, dia juga ikut senang karena sudah berhasil lolos seleksi. Sungguh sangat gembira hati ini dan sungguh sudah tidak sabar hati ini, ingin sekali rasanya aku segera pulang untuk menceritakan kabar gembira ini kepada kedua orang tuaku tentang apa yang sudah terjadi hari ini.
Suara kaki menggema diruang tamu dan terdengar sangat keras, aku pun mencari kedua orang tuaku sambil berlari-lari didalam rumah, sangking terlalu bahagianya hati ini sampai-sampai aku pun lupa untuk memberikan salam saat aku pulang kerumah. Kebetulan sekali hari ini kedua orang tuaku sedang libur berangkat ke kantor dan ternyata mereka sedang berada di ruang keluarga, tanpa berfikir panjang aku langsung memeluk mereka. Yah, memang kedua orang tuaku selalu memanjakan aku sehingga terkadang sifatku pun masih seperti anak kecil, apalagi aku juga tidak punya adik alias anak satu-satunya. Cerita demi cerita pun sudah ku ceritakan kepada kedua orang tuaku, semua mulai dari awal aku mendapatkan berita di mading hingga sampai akhirnya aku mengikuti test dan lolos untuk pergi ke Jakarta. Hm, sungguh bahagianya hati ini melihat mereka mendukung apa yang aku lakukan apalagi bisa melihat senyum yang menghiasi wajah kedua orang tuaku. Mereka sangat senang dengan apa yang sudah aku peroleh hari ini padahal ini massih baru permulaan dan kompetisinya pun baru akan dimulai minggu depan tapi mereka sudah bangga kepadaku terlebih dahulu. Hm, sungguh tak bisa ku pungkiri perasaan hati ini tapi aku takut kalau kalau aku nanti akan mengecewakan mereka. Tetapi yah sudahlah, aku tidak boleh berfikiran yang aneh-aneh dan yang terpenting aku harus selalu berfikiran positive dan banyak-banyak berusaha dengan melatih bahasa inggrisku ditambah lagi dengan berdoa supaya apa yang aku inginkankan berjalan dengan baik dan tercapai, Aammiiiinn...
Senin, selasa, rabu, kamis, jum’at, sabtu pun sudah aku lalui dan tidak kusangka sekarang hari sudah berganti hari menjadi hari minggu, hari dimana aku harus pergi dari Surabaya menuju ke Jakarta selama 3 hari untuk mengikuti kompetisi English Language Competition. Rasanya senang sekali aku bisa di dalam pesawat ini untuk terbang ke Jakarta, mungkin aku sudah sering pergi naik pesawat, tapi kali ini rasanya berbeda dari biasanya, dikarenakan biasanya aku pergi naik pesawat untuk liburan atau pulang kampung ke medan saat lebaran namun sekarang aku pergi ke Jakarta untuk sebuah impian, tapi juga ada sedikit rasa sedih di hati ini karena aku harus disana berjuang sendiri dan hanya ditemani bapak kepala sekolah dan beberapa guru saja, ingin rasanya aku mengajak semua teman-temanku apalagi sahabatku ayu untuk menyemangati aku disaat kompetisi besok, tapi sayangnya mereka semua tidak bisa ikut aku pergi ke Jakata terutama lagi kedua orang tuaku. Yah, aku bisa mengerti mereka berdua adalah seorang pembisnis jadi aku sadar klo mereka tentunya pasti sibuk dan tidak bisa ikut aku ke Jakarta. Tidak apa lah aku pun juga tidak terlalu menuntut mereka untuk datang bersamaku, meskipun di dalam hati kecilku ini ingin rasanya aku melihat mereka duduk di kursi penonton dan menontonku yang sedang berada diatas panggung kompetisi yang berjuang untuk mendapatkan piala yang akan aku persembahkan hanya untuk mereka, tentunya itu semua akan lebih membuatku senang dan menjadi semangat 45. Hm, tidak apa-apa aku tau kedua orang tuaku serta sahabatku pasti sedang mendoakanku dari Surabaya. Aku rasa itu sudah lebih dari cukup untuk bekal semangatku dalam menghadapi kompetisi yang akan di laksanakan besok, karena “Sejauh apapun jaraknya, doa pasti akan sampai”.

Ting tong ting tong ting suara bel kamar hotelku pun turut serta dalam meramaikan suasana tidurku, Ooh ternyata itu wali kelasku yang membangunkanku karena aku terlambat bangun alias aku bangun kesiangan. Astaga, padahal hari ini kompetisiku akan di mulai, seharusnya aku sudah pergi ke tempat kompetisi tapi kenyataannya aku belum menyiapkan apa-apa bahkan aku pun malah bangun kesiangan. Sungguh hatiku bimbang, bingung, gugup, nervous, dan semuanya pun bercampur aduk menjadi satu didalam hati dan fikiran ini. Meskipun aku sudah belajar dan melatih kemampuan bahasa inggrisku saat aku masih di Surabaya, tapi aku merasa sedikit belum siap dalam menghadapi kompetisi ini. Ya tuhan rasanya seperti ada yang menyambar-nyambar hatiku, apalagi ketika panitia memanggil namaku untuk maju kedepan panggung karena sekarang giliranku untuk maju, rasanya sambarannya semakin menjadi-jadi bahkan sambarannya mengalahkan petir dan gledek. Astaga, rasanya jantungku mau copot dan aku seperti ingin pingsan tapi aku gak sanggup karena aku sudah sampai sini dan tidak mungkin aku menyerah, apalagi setelah apa yang aku usahakan dan kuperjuangkan agar aku bisa sampai ke Jakarta dan mengikuti kompetisi ini hanya untuk memenangkan piala demi membahagiakan dan membuat bangga kedua orang tuaku.. Yah, memang orang tuaku tidak pernah memintaku untuk memberikan mereka sebuah piala dari hasil prestasiku, dan aku yakin orang tuaku pasti akan lebih bangga melihat anaknya berprestasi apa lagi sampai menjadi juara dan mendapatkan penghargaan, meskipun aku tahu mereka sudah senang dengan hasil-hasil nilai raportku yang bisa dikatakan bagus.
Jalan demi jalan menuju tangga untuk ke atas panggung kompetisi pun sudah ku lalui meskipun rasanya badanku waktu itu seperti melawan arus badai angin dan itu semua aku lawan bahkan berdiri dengan berjuang dan berusaha sebisa mungkin untuk menjadi pemenang diatas panggung kompetisi pun juga sudah aku lakukan, dan sekarang aku hanya tinggal menunggu hasil test yang akan dibacakan oleh dewan juri nantinya. Hm, tentu saja tanpa ditanya dan di minta pun pastinya semua peserta yang mengikuti kompetisi ini pasti berharap untuk menjadi pemenang, begitu juga dengan aku berharap bahwa aku lah yang akan jadi pemenang. Namun itu semua sudah aku serahkan kepada allah, yang terpenting aku sudah berusaha sebaik mungkin dan berdoa sekarang tinggal takdir yang menentukan apakah aku berhak atau tidak sebagai seorang pemenang di kompetisi ini, karena “ jika sesuatu untuk kita meskipun sesulit apapun jalannya dan apapun rintangannya, pasti akan jadi milik kita karena memang untuk kita “. Namun “ jika sesuatu bukan milik kita walaupun mudah jalannya dan kita bersusah payah untuk mendapatkannya, tidak akan pernah menjadi milik kita karena memang bukan untuk kita “.
Jantungku pun semakin berdegup kencang, kencang dan kencang bahkan semakin mengempa-gempa dan terkendalikan apalagi saat aku melihat salah satu dewan juri naik ke atas panggung untuk mengumumkan siapa nama pemenang kompetisi ini. Yah, boleh dikatakan jantungku ini terasa ini lebay, tapi apa boleh buat itu lah yang sedang ku rasakan pada jantungku ini, bahkan menunggu hasil ini pun jauh lebih menegangkan dibandingkan ketika aku menunggu hasil test kelolosanku untuk ke Jakarta. Hm, untung saja ada bu guruku yang menenangkan hatiku meskipun sebenarnya diriku masih tegang, tetapi setidaknya bisa sedikit membantu untuk mengurangi keteganganku. Inilah saat-saat yang aku tunggu-tunggu yang mana dewan juri tersebut menyebutkan siapa pemenangnya, dan ternyata aku lah pemenang dari kompetisi ini. Ya allah sungguh aku sangat dan sangat bersyukur dan aku merasa ini seperti dream, imagination, tapi jika itu sebuah dream maupun imagination aku merasa inilah AMAZING DREAM, GOOD IMAGINATION AND THE WONDERFULL PART OF MY LIFE. Dan lebih bahagia lagi saat aku melihat kedua orang tuaku masuk ke dalam ruangan kompetisi, meskipun aku sedih karena mereka tidak melihat perjuanganku di panggung kompetisi saat aku sedang berjuang untuk mendapatkan piala ini. Namun aku sudah cukup senang karena mereka bisa melihat aku berada diatas panggung kompetisi ini ditambah lagi dengan membawa piala juara yang mana aku persembahkan hanya untuk mereka.

Derai air mataku dengan kedua orang tuaku pun tak sanggup ditahan lagi saat aku menghampiri mereka dan langsung memeluk ayah dan ibuku. Yah, aku tahu kami berlinangan air mata tapi ini adalah air mata kebahagiaan dan bisa kulihat ada rasa bangga di wajah kedua orang tuaku dengan apa yang barusan aku capai. Sungguh bahagia hati ini, akhirnya ku dapat juga piala pertamaku sebagai sebuah permulaan untuk mendapatkan pialaku yang berikutnya.
Sekian dari Cerita singkat yang kami persembahkan buat anda semua. Terima kasih banyak atas waktu untuk membaca dan waktu anda untuk kami.
Sering-sering mengunjungi blog ReMas At-Tinah ya teman :-)
Jangan lupa LIKE dan COMMENT nya :-)
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.


0 komentar:
Posting Komentar